PAGI BUTA
Mataku masih sayu ditemani sang langit yang masih ungu
Menghela nafas sambil menahan rasa kantuk yang menggelayut
Hembusan angin yang merasuk hingga ketulangku
Seolah merindukan secangkir kopi untuk segera di seruput
Mencoba berdiskusi dengan sang mentari yang mulai menampakkan diri
Tanpa muncul perdebatan
Entah siapa yang harus ku lawan
Kantuk yang semakin menyerang ataukah tajamnya sorotan sang mentari
Akhirnya ku tersadar
Jangan jadika lawan
Namun tetaplah berkawan
Menghela nafas sambil menahan rasa kantuk yang menggelayut
Hembusan angin yang merasuk hingga ketulangku
Seolah merindukan secangkir kopi untuk segera di seruput
Mencoba berdiskusi dengan sang mentari yang mulai menampakkan diri
Tanpa muncul perdebatan
Entah siapa yang harus ku lawan
Kantuk yang semakin menyerang ataukah tajamnya sorotan sang mentari
Akhirnya ku tersadar
Jangan jadika lawan
Namun tetaplah berkawan
Belum ada Komentar untuk "PAGI BUTA"
Posting Komentar