Menjadi Dewasa
Namun nyatanya setelah kita dewasa malah berangan-angan dapat kembali ke masa kecil
Masa dimana kita dengan bebasnya mengekspresikan apapun yang kita rasakan
Marah, menangis, tertawa, sedih, kecewa, bahkan bahagia.
Tak seperti saat ini, saat kita telah tumbuh dewasa.
Yang mana disaat kita sedih harus menyembunyikannya, berpura-pura seolah kita sedang baik-baik saja.
Lucu memang, berakting menjadi orang paling tegar sedunia.
Padahal sebenarnya orang paling rapuh serapuh rapuhnya.
Dan yang paling konyol itu ketika kita berusaha membahagiakan semua orang.
Padahal diri sendiri masih terseok-seok untuk berbahagia.
Dan sikap lebih mementingkan kebahagiaan oranglain ketimbang diri sendiri seolah melekat pada diri.
Layaknya mural yang tak dapat di dihapus, hanya dapat di timpa cat baru untuk menutupi lukisan cerita.
Membuka lembaran baru, dimana diri sendiri yang menjadi prioritas bukan lagi oranglain.
Dewasa bukan sekedar umur yang bertambah, namun tanggungjawab pun bertambah.
Dan pola pikir juga berubah.
Dewasa itu lebih berani mengambil resiko meski teramat kecil peluang yang ada.
Dewasa itu siap menghadapi banyak kegagalan.
Dewasa itu siap menghadapi kekecewaan.
Dewasa itu siap menjadi orang yang terasingkan.
Dan dewasa itu harus siap sendirian.
Entah sendirian dalam menghadapi masa sulit, terjatuh, dan putus asa.
Namun ketika bahagia kita tak boleh sendirian.
Jika kamu belum siap, maka tak perlu terburu-buru menjadi dewasa.
Karena bisa jadi kamu dipaksa untuk menjadi dewasa oleh keadaan bukan atas kemauan sendiri.
Belum ada Komentar untuk "Menjadi Dewasa"
Posting Komentar