MENYINGKAP TABIR TAKDIR
Berdiri di ambang batas
Batas antara benar dan salah
Takut salah mengambil sebuah keputusan
Keputusan yang mungkin akan menorehkan luka
Luka yang semakin hari semakin menganga
Menganga melihat perlakuan yang tak pernah pudar
Pudar seperti warna senja yang hanya sekejap
Sekejap namun mengindahkan pandangan
Pandangan yang sebenarnya tak pernah rela berpindah
Pindah ke sisi yang mungkin lebih indah
Indah yang mampu menentramkan jiwa
Jiwa yang sebenarnya hampir mati karena kelelahan
Lelah yang hampir menjulur ke seluruh hati dan pikiran
Pikiran yang tak henti-hentinya berharap
Mengharapkan sesuatu hal yang mustahil
Mustahil untuk di terima oleh hati
Hati yang seolah berbisik kepada pikiran untuk melanjutkan
Melanjutkan sesuatu hal yang ternyata di luar nalar
Nalar yang perlahan menghantam keinginan tuk kembali
Kembali ke tempat yang entah berantah dimana
Dimana diri ini berada tidaklah penting
Yang penting cepatlah tersadar untuk terus melangkah
Melangkah menuju jalan yang benar
Benar menurut-Nya bukan menurutnya
Mencoba mengikuti pola pikir yang hampir hilang kesadaran
Kesadaran akan kenyataan yang sebenar-benarnya
Bukan kebenaran yang terbentuk oleh ilusi
Ilusi yang berujung melukai
Melukai siapa saja yang terseret ke pusaran
Pusaran yang tak berujung jika semakin di turuti
Cobalah menghentikan semua ini
Sebelum datangnya petaka yang lebih besar nanti
Sebesar rasa bersalah yang semakin lama seperti sebuah bom
Bom yang dapat meledak kapan saja
Tanpa perlu menekan tombol yang tersedia
Hanya perlu hitungan sabar yang dapat menghentikannya
Namun sesabar apa diri ini dapat menghadapinya
Hanya Tuhan lah yang mampu menebak
Berharap segera berakhir
Namun diri ini tak layak tuk mengatur
Ungaran, 18 November 2020
Belum ada Komentar untuk "MENYINGKAP TABIR TAKDIR"
Posting Komentar